Apa Itu MAPALA
MAPALA singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam. Terkadang ada juga yang
mengartikan Mahasiwa Paling Lama kuliahnya (mahasiswa abadi). Mereka
juga di identikkan dengan orang-orang yang beraliran “sayap kiri” yang
super cuek, sulit di atur berpakaian seenaknya serta suka
mabuk-mabukkan. Opini dimasyarakat yang menyebutkan bahwa sosok dari
pecinta alam tersebut terkadang terkesan selalu “negatif”. Kesan negatif
tersebut timbul mungkin bisa, karena penampilan dari mereka yang
menamakan dirinya pecinta alam itu sendiri yang sering kelihatan lusuh,
kumal, berambut gondrong, seadanya (meskipun tidak semuanya pecinta alam
berpenampilan seperti ini). Mungkin juga karena orang sering melihat
kegiatan pecinta alam berkesan hura-hura, dan atau tidak mau tahu dengan
lingkungan sekitarnya, bisa pula karena kegiatan pecinta alam dianggap
sebagai kegiatan yang mubazir dan buang-buang waktu, tenaga, serta uang
hanya untuk menyalurkan hobby menantang maut, minat dan bakat tanpa
mempunyai arti dan tujuan yang nyata (meskipun hal ini tidak semuanya
benar). Meskipun demikian, tidak sedikit kelompok atau organisasi
pecinta alam yang melakukan kegiatan positif seperti ikut dalam operasi
SAR, membantu masyarakat terasing, atau konservasi alam.
Terlepas
dari semua itu, kehadiran mahasiswa pecinta alam tidak terlepas dari
sejarah dunia kemahasiswaan di Indonesia, dimana pada dekade tahun 70-an
aktivitas mahasiswa yang berorientasi pada politik praktis semakin
dibatasi. Disamping itu pula terdapat rasa kejenuhan dengan kondisi
politik pada masa itu hal ini menciptakan situasi dan kondisi aktivitas
mahasiswa “lesu darah”. Kondisi itu semakin bertambah dengan
dikeluarkannya SK No. 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan
Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA) di seluruh Perguruan Tinggi
di Indonesia yang kemudian melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan
Kampus (NKK).
Dengan kondisi yang demikian, kemudian melahirkan ide
untuk membentuk suatu wadah baru dalam bentuk kegiatan lain yang
diperuntukkan bagi mahasiswa yang mempunyai hobby dan minat yang sama,
yaitu sama-sama menyukai kegiatan di alam bebas seperti pendakian
gunung, memanjat tebing, menelusuri lorong-lorong kegelapan di dalam
gua, arung jeram, dan lain sebagainya. Yang tidak kalah pentingnya pada
perkembangan selanjutnya adalah aktivitas kepecintaalaman juga diwarnai
oleh sikap keberpihakkan kepada alam serta lingkungan hidupnya, sehingga
organisasi/kelompok pecinta alam yang tumbuh di lingkungan Perguruan
Tinggi tidak hanya berkegiatan alam bebas melulu, akan tetapi kegiatan
lingkungan hidup juga mendapatkan porsi yang seimbang dengan kegiatan
petualangan di alam bebas. Dimulai oleh Mapala UI, organisasi/kelompok
pecinta alam tersebut tumbuh dan berkembang subur dalam lingkungan
Perguruan Tinggi di negeri ini, baik ditingkat universitas maupun
dilingkungan fakultas.
Pecinta alam kalau diartikan yaitu berasal
dari kata cinta dan alam. Cinta mengandung arti menyukai, menyayangi,
dan mengagumi. Alam mengandung arti segala yang ada di sekitar,baik
berupa benda mati ataupun benda hidup. Sehingga dari kata cinta menjadi
pecinta yang menunjuk kepada subyek yaitu orang. Tapi, sampai sekarang
belum ada definisi yang pas dengan apa itu pecinta alam. Sebab kata
pecinta alam itu mengandung pengertian yang sangat luas. Hal ini selalu
menjadi perdebatan yang hangat dalam setiap pertemuan tahunan secara
nasional dalam Temu Wicara dan Kenal Medan ( TWKM) Mahasiswa Pecinta
Alam Se-Indonesia atau pada Gladian Nasional yang diadakan 2 (dua) tahun
sekali. Sehingga forum tersebut juga tidak bisa merumuskan pengertian
dari istilah Pecinta Alam dan diserahkan kembali kepada
organisasi/kelompok masing-masing bagaimana “menginterpretasikan”
istilah tersebut. Meskipun sampai sekarang belum ada yang bisa
merumuskan istilah Pecinta Alam, namun dilihat dari kegiatannya bisa
dibedakan dalam beberapa kelompok yakni :
Kelompok pertama adalah
mereka yang hanya menggeluti kegiatan alam bebas dengan misi untuk
menyalurkan hobby dan minat bertualang di alam bebas. Kegiatannya
meliputi pendakian gunung, pemanjatan tebing dan penelusura gua.
Kelompok
Kedua adalah yang selain melakukan kegiatan petualangan, juga melakukan
kegiatan yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan hidup, sehingga
pada perkembangannya kegiatan kepencintaalaman menjadi semakin luas.
Selain bertualang mereka juga melakukan konservasi alam, pengamatan
sosial-ekonomi-budaya masyarakat, hingga operasi SAR. Kelompok inilah
yang paling banyak dilakukan oleh organisasi/ kelompok Mahasiswa pecinta
alam. Banyak sudah korban yang “berguguran” dalam kegiatan “menantang
maut” namun penuh “cinta kasih” ini, demikian juga dharma bakti mereka
pada tanah tercinta ini dalam hal konservasi alam (meski tidak tercatat
dalam buku sejarah) .Baik buruknya kegiatan yang hanya bisa digeluti
oleh orang-orang yang mempunyai nyali ini tergantung dari sudut mana
orang memandangnya. Dan hanya orang-orang ariflah yang bisa memahami
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar